
Jakarta — Konvensyen Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) ke-23 resmi dibuka di Gedung Nusantara V, Senayan, pada Kamis malam, 23 Oktober 2025. Kegiatan ini mempertemukan delegasi dari 18 negara rumpun Melayu, termasuk tokoh budaya, akademisi, serta pemuda Islam.
Momentum Kebangkitan Melayu
Acara pembukaan menjadi titik balik kebangkitan identitas Melayu di dunia global. Dalam sambutannya, Ketua DPD RI menegaskan bahwa masyarakat tersebut memiliki sejarah peradaban besar dan potensi luar biasa untuk berkontribusi pada kemajuan dunia Islam.
Ia mengajak seluruh negara peserta untuk memperkuat sinergi lintas bidang, terutama dalam budaya, pendidikan, dan keagamaan. Menurutnya, kolaborasi ini akan menciptakan kekuatan baru yang mampu mempererat hubungan antarnegara Melayu dan meningkatkan daya saing bangsa di era modern.
Tema dan Fokus Utama
Dengan mengusung tema “Penguatan Budaya, Pendidikan, dan Solidaritas Melayu-Islam”, konvensyen tahun ini menyoroti pentingnya kerja sama nyata. DMDI menargetkan peningkatan kolaborasi di sektor pendidikan, sosial, dan ekonomi. Selain itu, organisasi ini ingin mendorong peran generasi muda dalam pembangunan berbasis nilai Melayu-Islam.
Melalui sinergi lintas negara, DMDI berupaya membangun jejaring yang kokoh agar masyarakat tersebut tidak tertinggal dalam arus globalisasi.
Agenda dan Aktivitas Konvensyen
Selama beberapa hari ke depan, para peserta mengikuti beragam kegiatan inspiratif.
Antara lain:
- Pameran budaya Melayu yang menampilkan seni, busana, dan tradisi klasik.
- Forum diskusi ilmiah dengan topik pendidikan, ekonomi kreatif, dan diplomasi budaya.
- Workshop guru ngaji Asia Tenggara untuk memperkuat pendidikan Islam.
- Dialog antarbudaya yang menumbuhkan solidaritas lintas negara.
Selain itu, setiap sesi mendorong partisipasi aktif. Para peserta berbagi pengalaman, bertukar ide, dan membangun proyek kerja sama baru. Dengan begitu, hasil konvensyen dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat Melayu di seluruh dunia.
Pengukuhan dan Program Baru
Pada malam pembukaan, DMDI juga mengukuhkan pengurus baru serta meluncurkan program kerja sama strategis. Program tersebut mencakup pelatihan ekonomi kreatif berbasis budaya Melayu, pertukaran pelajar, serta digitalisasi naskah Melayu klasik.
Langkah konkret ini memperlihatkan keseriusan DMDI dalam memperkuat posisi masyarakat tersebut sebagai pelaku utama kebudayaan Islam di kawasan Asia. Selain itu, program baru ini membuka peluang kolaborasi antara universitas, lembaga budaya, dan komunitas pemuda.
Tantangan di Era Digital
Meski potensi besar dimiliki, komunitas Melayu tetap menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah pelestarian bahasa dan tradisi di era digital. Oleh karena itu, peserta konvensyen sepakat untuk memperkuat literasi digital agar budaya tersebut tetap hidup di tengah kemajuan teknologi.
Dengan dukungan pendidikan modern dan teknologi, masyarakat Melayu dapat mengembangkan ekonomi berbasis budaya tanpa kehilangan jati diri.
Harapan dan Langkah ke Depan
Melalui konvensyen ini, DMDI berharap terbentuk jejaring budaya dan solidaritas Melayu-Islam yang lebih luas. Kolaborasi yang lahir dari forum ini diharapkan menghasilkan program nyata untuk kemajuan bangsa, umat, dan dunia Islam.
Semangat persaudaraan yang tumbuh di Jakarta memperlihatkan bahwa Melayu masih menjadi kekuatan peradaban dunia. Dengan nilai budaya yang kuat, ilmu yang berkembang, dan semangat kerja sama yang tinggi, DMDI terus meneguhkan peran Melayu di abad ke-21.
